- Diposting oleh : BILI GRIM, S.Pd
- pada tanggal : April 02, 2025
PKBM SILOAM ~ Aku masih ingat saat pertama kali menyadari betapa pentingnya pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Waktu itu, aku sedang duduk di kafe favorit, ngobrol dengan seorang teman lama yang kini bekerja di industri teknologi. Dia bercerita tentang bagaimana dunia berkembang begitu cepat, dan banyak pekerjaan yang dulu dianggap aman sekarang mulai tergantikan oleh otomatisasi dan kecerdasan buatan.
Jujur, aku sempat merasa ketinggalan. Aku bukan orang yang terlalu teknis, dan selama ini lebih nyaman di bidang kreatif. Tapi obrolan itu bikin aku berpikir: kalau aku nggak mulai memahami STEM, apakah aku bakal tertinggal jauh di belakang?
Pendidikan STEM bukan cuma tentang belajar kode atau memahami rumus matematika yang njelimet. Ini tentang cara berpikir. Sains mengajarkan kita bertanya, teknologi membantu kita berinovasi, teknik memberi kita solusi, dan matematika adalah bahasa universal yang menjembatani semuanya. Bahkan buat orang-orang yang nggak bekerja langsung di bidang STEM, memahami konsep dasarnya bisa membuka banyak peluang.
Coba bayangkan, hari ini hampir semua bisnis berbasis teknologi. Dari pemasaran digital, analisis data, sampai kecerdasan buatan—semuanya bergantung pada STEM. Bahkan buat blogger atau kreator konten seperti aku, pemahaman dasar tentang algoritma dan analitik sangat membantu dalam memahami audiens dan mengembangkan strategi konten yang lebih efektif.
Tapi sayangnya, masih banyak orang yang menganggap STEM itu sulit dan cuma buat mereka yang “pintar”. Padahal, banyak konsep STEM yang bisa diajarkan dengan cara yang menyenangkan. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak sekarang bisa belajar coding lewat game seperti Minecraft atau Roblox. Dulu aku berpikir STEM itu membosankan, tapi sekarang aku sadar kalau pendekatan yang tepat bisa bikin siapa saja tertarik.
Satu hal lagi yang nggak bisa diabaikan: dunia kerja masa depan. Menurut berbagai studi, banyak pekerjaan tradisional yang bakal tergantikan oleh mesin dalam beberapa dekade ke depan. Tapi, pekerjaan di bidang STEM justru makin dibutuhkan. Artinya, kalau kita (atau anak-anak kita) nggak mulai membekali diri dengan keterampilan STEM, kita bisa kehilangan banyak peluang besar.
Tapi aku juga paham, nggak semua orang bisa langsung jatuh cinta sama STEM. Itu sebabnya penting banget buat kita mulai dari hal kecil. Mungkin dengan mengikuti kursus online gratis tentang dasar-dasar coding, atau sekadar membaca buku tentang inovasi teknologi. Kuncinya adalah tetap penasaran dan nggak takut mencoba.
Kesimpulannya? Pendidikan STEM itu bukan cuma buat mereka yang mau jadi ilmuwan atau insinyur. Ini tentang bagaimana kita bisa bertahan dan berkembang di dunia yang semakin digital. Dan yang paling penting, ini tentang memberi diri kita kesempatan untuk tetap relevan dan berkontribusi di masa depan.